Saturday, December 28, 2019

Refleksi Diri

Refleksi Palang Merah Indonesia

Akhirnya kelar juga masa stase koas di RSUD Moewardi selama kurang lebih 80 minggu lamanya. Eeiitsss…. tapi jangan senang dulu, ternyata masih ada stase lanjutan yang bernama Stase Integrasi. Stase Integrasi ini akan dilalui selama 3 bulan lamanya. Kita bakal belajar di RS UNS (Universitas Sebelas Maret) dan PMI (Palang Merah Indonesia) cabang Solo. Katanya sih stase integrasi ini dibuat agar kita dapat mengintegrasikan dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang sudah kita dapat di stase koas sebelumnya. Oke dan kali ini saya akan me-review sedikit tentang apa saja yang saya dapat selama di PMI Solo.

Mengikuti kegiatan stase masa koas di PMI Solo merupakan salah satu pengalaman yang luar biasa. Selama dua pekan dari tanggal 9-21 Desember 2019 kami sekelompok beranggotakan 12 orang, terbagi dalam 4 kelompok kecil mengikuti kegiatan di PMI yang terbagi menjadi 4 substase. Saya masuk ‘Kelompok A’ yang terdiri dari 3 orang.

Substase pertama yang saya dan 2 teman saya  ikuti yaitu di Unit Donor Darah (UDD) selama 2 hari berlokasi di PMI Solo. Di sana kami belajar banyak tentang apa itu donor darah, dari alur registrasi menjadi peserta donor darah, bagaimana pengelolaan penyimpanan darah, hingga darah siap didistribusikan bagi pasien yang membutuhkan. Dari situ saya melihat ternyata antusiasme masyarakat Kota Solo untuk menjadi peserta donor darah sudah cukup tinggi, terbukti dari banyaknya jumlah peserta donor darah di PMI dalam sehari sekitar 80-100 peserta, belum lagi para pendonor dari tempat lain melalui mobile unit PMI. Selain itu fasilitas yang disediakan PMI Solo juga sudah cukup baik, dari tata ruang tempat pendonor terlihat nyaman dan menarik. Juga tersedia snack dan minuman bagi pendonor. Di hari kedua, kami juga memasuki laboratorium tempat dimana darah dikelola dan disimpan. Darah dapat dikelola dicek keamanan nya apakah sudah siap pakai. Tentunya dengan menggunakan mesin-mesin canggih dan modern yang sudah dimiliki oleh PMI.

Pada hari Kamis tanggal 12 Desember 2019, kami sekelompok 12 orang mengikuti kegiatan susur kampung di daerah Mojosongo, didampingi oleh pembimbing kami, dokter pmi, karyawan apoteker, dan bapak ketua RT setempat. Kegiatan susur kampung merupakan salah satu program Dompet Kemanusiaan dari PMI, dimana kita bisa menjaring atau menemukan masyarakat di daerah yang sedang sakit dan sekiranya membutuhkan pertolongan. Saya dan teman-teman sangat antusias mengikuti kegiatan ini karena kami berkesempatan terjun langsung ke masyarakat dengan melihat berbagai kondisi yang ada di sekitarnya. Kegiatan ini bisa menumbuhkan rasa empati kita terhadap sesama, ternyata masih banyak orang yang kesusahan dan membutuhkan pertolongan terutama di bidang kesehatan. Kami mendatangi rumah warga, saling berinteraksi dengan warga, mengecek kondisi kesehatan, dan tak lupa memberi edukasi mengenai kesehatan.

Substase kedua yaitu Poliklinik dan Klinik Hemodialisa (HD). Kami bertiga berbagi tugas ada yang di Poliklinik dan ada yang di Klinik Hemodialisa saling bergantian selama 2 hari. Kegiatan di Klinik Hemodialisa, antara lain melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien yang akan di HD serta memantau jalannya hemodialisa yang berlangsung selama 4,5 jam per sesi. Sedangkan di Poliklinik, kami belajar layaknya sudah menjadi dokter yang mampu mendiagnosis serta memberi tatalaksana mandiri kepada pasien yang berobat. Tetapi jika mengalami kesulitan, kami bisa berkonsultasi dengan dokter PMI yang berjaga di Poliklinik saat itu.

Substase ketiga yaitu di Griya PMI, kelompok kecil saya mendapat kesempatan menginap di Griya PMI selama 2 hari 2 malam. Griya PMI terletak terpisah dari gedung utama PMI Solo, tepatnya terletak di daerah Mojosongo. Griya PMI ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Griya Peduli dimana menampung orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang terlantar dan Griya Bahagia tempat menampung lansia terlantar. Kegiatan kami di sini setiap pagi dimulai dari jam 05.30 WIB membantu membagikan sarapan, lalu sekitar jam 08.00 WIB kami melakukan visit dan pemeriksaan kesehatan bagi lansia maupun ODGJ terutama yang mempunyai keluhan. Jika ada warga (sebutan untuk ODGJ di Griya PMI) maupun lansia yang memiliki keluhan dan diperlukan tatalaksana lebih lanjut, biasanya akan kami konsultasikan dengan dokter PMI terlebih dahulu. Pada siang hari kami juga membantu membagikan makan siang, lalu pada sore hari kami melakukan medikasi perawatan luka bagi lansia serta membantu memandikan para lansia dan dilanjutkan membagi makan sore. Menjelang malam hari kami gunakan untuk istirahat. Cukup melelahkan juga berada di sini, terlebih lagi melihat kondisi tempat tinggal di griya PMI ini yang dapat dikatakan masih jauh dari layak. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kegiatan di Griya PMI ini. Awalnya saya merasa takut jika melihat ODGJ di jalan, kini justru saya melihat dari sisi yang lain dan merasa iba. Para ODGJ tersebut juga masih sama-sama manusia yang perlu ditolong, bukan diasingkan dan dihindari. Kemudian para lansia yang ada di Griya Bahagia adalah para lansia yang terlantar, ditinggalkan oleh keluarganya atau keluarganya sudah tidak ada yang mau lagi mengurusi. Miris memang, dengan adanya ini seharusnya bisa lebih membuka mata kita untuk saling peduli terhadap sesama, tak memandang perbedaan selama kita masih sama-sama manusia dan lebih peduli terhadap keluarga kita masing-masing.

Substase terakhir yaitu Dompet Kemanusiaan (DK) dan Penanggulangan Bencana (PB). Kegiatan di DK sama seperti susur kampung, hanya saja masyarakat sasaran DK sudah diketahui jadi kami tinggal mem- follow up. Pada hari pertama kami melakukan kegiatan DK di daerah Kepatihan Wetan, Ngoresan, dan Mojosongo. Kami mengunjungi sekitar 6 pasien dengan kondisi penyakit yang berbeda-beda, dari usia dewasa muda sampai lansia. Pada kunjungan ini kami melakukan pemeriksaan kesehatan, memberi edukasi, dan memberikan obat-obatan jika dibutuhkan. Pada hari kedua kegiatan DK di daerah Mojosongo dan Pucangsawit, pada kegiatan kali ini selain mengecek kondisi kesehatan pasien, kami juga mendistribusikan bantuan dari PMI berupa sembako, alat bantu walker dan tongkat tuna netra bagi pasien yang sebelumnya sudah diusulkan untuk diberi bantuan tersebut. Kemudian untuk kegiatan PB biasanya menyesuaikan kondisi, kami akan ikut kegiatan PB jika terjadi bencana baik di sekitar Solo atau di tempat lain. Kegiatan DK dan PB ini sangat bermanfaat bagi kami, bisa melatih rasa empati dan jiwa sosial. Menurut saya kegiatan ini merupakan salah satu program kemanusiaan yang harus tetap dijalankan di PMI.

Selama ini saya pikir PMI hanya berkutat dengan kegiatan donor darah saja, ternyata saya salah. Banyak juga kegiatan yang dilakukan oleh PMI, terutama di bidang kemanusiaan. Semoga dari ini kita semua dapat belajar bagaimana menjadi makhluk sosial yang baik, lebih mensyukuri hidup, dan bersyukur dengan keadaan kita saat ini.






Cerita Yang Tidak Diceritakan

Teman SMA ku pernah bertanya “Rid kamu mau kuliah dimana?” “hmmm, yang jelas bukan di Solo” jawabku. Tapi ternyata takdir ber...