Akhirnya kelar juga masa stase
koas di RSUD Moewardi selama kurang lebih 80 minggu lamanya. Eeiitsss…. tapi
jangan senang dulu, ternyata masih ada stase lanjutan yang bernama Stase
Integrasi. Stase Integrasi ini akan dilalui selama 3 bulan lamanya. Kita bakal
belajar di RS UNS (Universitas Sebelas Maret) dan PMI (Palang Merah Indonesia)
cabang Solo. Katanya sih stase integrasi ini dibuat agar kita dapat
mengintegrasikan dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang sudah kita dapat di stase
koas sebelumnya. Oke dan kali ini saya akan me-review sedikit tentang apa saja yang saya dapat selama di PMI Solo.
Mengikuti kegiatan stase masa
koas di PMI Solo merupakan salah satu pengalaman yang luar biasa. Selama dua
pekan dari tanggal 9-21 Desember 2019 kami sekelompok beranggotakan 12 orang,
terbagi dalam 4 kelompok kecil mengikuti kegiatan di PMI yang terbagi menjadi 4
substase. Saya masuk ‘Kelompok A’ yang terdiri dari 3 orang.
Substase pertama yang saya dan 2
teman saya ikuti yaitu di Unit Donor
Darah (UDD) selama 2 hari berlokasi di PMI Solo. Di sana kami belajar banyak
tentang apa itu donor darah, dari alur registrasi menjadi peserta donor darah,
bagaimana pengelolaan penyimpanan darah, hingga darah siap didistribusikan bagi
pasien yang membutuhkan. Dari situ saya melihat ternyata antusiasme masyarakat
Kota Solo untuk menjadi peserta donor darah sudah cukup tinggi, terbukti dari
banyaknya jumlah peserta donor darah di PMI dalam sehari sekitar 80-100
peserta, belum lagi para pendonor dari tempat lain melalui mobile unit PMI. Selain itu fasilitas yang disediakan PMI Solo juga
sudah cukup baik, dari tata ruang tempat pendonor terlihat nyaman dan menarik.
Juga tersedia snack dan minuman bagi
pendonor. Di hari kedua, kami juga memasuki laboratorium tempat dimana darah
dikelola dan disimpan. Darah dapat dikelola dicek keamanan nya apakah sudah
siap pakai. Tentunya dengan menggunakan mesin-mesin canggih dan modern yang
sudah dimiliki oleh PMI.
Pada hari Kamis tanggal 12
Desember 2019, kami sekelompok 12 orang mengikuti kegiatan susur kampung di
daerah Mojosongo, didampingi oleh pembimbing kami, dokter pmi, karyawan apoteker,
dan bapak ketua RT setempat. Kegiatan susur kampung merupakan salah satu
program Dompet Kemanusiaan dari PMI, dimana kita bisa menjaring atau menemukan
masyarakat di daerah yang sedang sakit dan sekiranya membutuhkan pertolongan.
Saya dan teman-teman sangat antusias mengikuti kegiatan ini karena kami
berkesempatan terjun langsung ke masyarakat dengan melihat berbagai kondisi
yang ada di sekitarnya. Kegiatan ini bisa menumbuhkan rasa empati kita terhadap
sesama, ternyata masih banyak orang yang kesusahan dan membutuhkan pertolongan
terutama di bidang kesehatan. Kami mendatangi rumah warga, saling berinteraksi
dengan warga, mengecek kondisi kesehatan, dan tak lupa memberi edukasi mengenai
kesehatan.
Substase kedua yaitu Poliklinik
dan Klinik Hemodialisa (HD). Kami bertiga berbagi tugas ada yang di Poliklinik
dan ada yang di Klinik Hemodialisa saling bergantian selama 2 hari. Kegiatan di
Klinik Hemodialisa, antara lain melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada
pasien yang akan di HD serta memantau jalannya hemodialisa yang berlangsung
selama 4,5 jam per sesi. Sedangkan di Poliklinik, kami belajar layaknya sudah
menjadi dokter yang mampu mendiagnosis serta memberi tatalaksana mandiri kepada
pasien yang berobat. Tetapi jika mengalami kesulitan, kami bisa berkonsultasi dengan
dokter PMI yang berjaga di Poliklinik saat itu.
Substase ketiga yaitu di Griya
PMI, kelompok kecil saya mendapat kesempatan menginap di Griya PMI selama 2
hari 2 malam. Griya PMI terletak terpisah dari gedung utama PMI Solo, tepatnya
terletak di daerah Mojosongo. Griya PMI ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
Griya Peduli dimana menampung orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang terlantar
dan Griya Bahagia tempat menampung lansia terlantar. Kegiatan kami di sini
setiap pagi dimulai dari jam 05.30 WIB membantu membagikan sarapan, lalu
sekitar jam 08.00 WIB kami melakukan visit dan pemeriksaan kesehatan bagi
lansia maupun ODGJ terutama yang mempunyai keluhan. Jika ada warga (sebutan
untuk ODGJ di Griya PMI) maupun lansia yang memiliki keluhan dan diperlukan tatalaksana
lebih lanjut, biasanya akan kami konsultasikan dengan dokter PMI terlebih
dahulu. Pada siang hari kami juga membantu membagikan makan siang, lalu pada
sore hari kami melakukan medikasi perawatan luka bagi lansia serta membantu
memandikan para lansia dan dilanjutkan membagi makan sore. Menjelang malam hari
kami gunakan untuk istirahat. Cukup melelahkan juga berada di sini, terlebih
lagi melihat kondisi tempat tinggal di griya PMI ini yang dapat dikatakan masih
jauh dari layak. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kegiatan di Griya PMI
ini. Awalnya saya merasa takut jika melihat ODGJ di jalan, kini justru saya
melihat dari sisi yang lain dan merasa iba. Para ODGJ tersebut juga masih
sama-sama manusia yang perlu ditolong, bukan diasingkan dan dihindari. Kemudian
para lansia yang ada di Griya Bahagia adalah para lansia yang terlantar,
ditinggalkan oleh keluarganya atau keluarganya sudah tidak ada yang mau lagi
mengurusi. Miris memang, dengan adanya ini seharusnya bisa lebih membuka mata
kita untuk saling peduli terhadap sesama, tak memandang perbedaan selama kita
masih sama-sama manusia dan lebih peduli terhadap keluarga kita masing-masing.
Substase terakhir yaitu Dompet
Kemanusiaan (DK) dan Penanggulangan Bencana (PB). Kegiatan di DK sama seperti
susur kampung, hanya saja masyarakat sasaran DK sudah diketahui jadi kami
tinggal mem- follow up. Pada hari
pertama kami melakukan kegiatan DK di daerah Kepatihan Wetan, Ngoresan, dan
Mojosongo. Kami mengunjungi sekitar 6 pasien dengan kondisi penyakit yang berbeda-beda,
dari usia dewasa muda sampai lansia. Pada kunjungan ini kami melakukan
pemeriksaan kesehatan, memberi edukasi, dan memberikan obat-obatan jika
dibutuhkan. Pada hari kedua kegiatan DK di daerah Mojosongo dan Pucangsawit,
pada kegiatan kali ini selain mengecek kondisi kesehatan pasien, kami juga
mendistribusikan bantuan dari PMI berupa sembako, alat bantu walker dan tongkat tuna netra bagi
pasien yang sebelumnya sudah diusulkan untuk diberi bantuan tersebut. Kemudian
untuk kegiatan PB biasanya menyesuaikan kondisi, kami akan ikut kegiatan PB
jika terjadi bencana baik di sekitar Solo atau di tempat lain. Kegiatan DK dan
PB ini sangat bermanfaat bagi kami, bisa melatih rasa empati dan jiwa sosial.
Menurut saya kegiatan ini merupakan salah satu program kemanusiaan yang harus
tetap dijalankan di PMI.
Selama ini saya pikir PMI hanya
berkutat dengan kegiatan donor darah saja, ternyata saya salah. Banyak juga
kegiatan yang dilakukan oleh PMI, terutama di bidang kemanusiaan. Semoga dari
ini kita semua dapat belajar bagaimana menjadi makhluk sosial yang baik, lebih mensyukuri
hidup, dan bersyukur dengan keadaan kita saat ini.